}

Sejarah dan sekilas perkeretaapian Indonesia


Hello. Sebelum memulai tentang kereta api ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui sejarah singkat perkeretaapian di Indonesia. Selamat membaca :)

Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Setelah NV Nederlandch Indische Spoorweg Mij (NISM) membangun jalan kereta
antara desa Kemijen di Semarang dengan Tanggung yang mulai dilalui kereta
tanggal 17 Juni 1868, belum didapat kepastian, pihak mana yang harus
melakukan pembangunan jalan kereta itu. Sementara swasta selalu berinisiatif
untuk membangun jalan kereta sesuai bisnisnya. Hal ini terbukti dengan
hadirnya 11 perusahaan kereta api milik swasta di Jawa dan 1 di Sumatera.

Diresmikan oleh Gubernur
Jenderal L.A.J Baron Sloet Van Den Beele.
Berdasarkan surat Raja Djawa, 28 Mei 1842, diusulkan agar periode 1842--1862
persiapan pemasangan jaringan jalan rel dari Semarang ke Kedu dan beberapa
wilayah Kerajaan di Jawa dapat dilakukan. Dalam aturan tersebut ditetapkan
pula bahwa gerbong-gerbong untuk pengangkutan ditarik oleh kerbau, sapi,
atau kuda. Belum direncanakan penarikan oleh lokomotip sebagaimana lazimnya
kereta api sekarang. Usulan Raja Djawa ini tidak dipenuhi pada tahun 1846
Gubernur Jenderal Rochussen mengusulkan kepada Kerajaan Belanda agar menolak
usulan tersebut. Selanjutnya diusulkan untuk penyediaan dana pemasangan rel
di lintas Batavia--Bogor. Namun, tahun 1851, Gubernur Jenderal Duymer van
Twist meminta Kerajaan Belanda untuk mempertimbangkan kembali pemberian
konsesi pembangunan jalan rel kereta kepada swasta. Akhirnya tahun 1857
didapat prinsip bahwa pembangunan jalan rel bisa dilakukan lagi oleh swasta.
Tanggal 10 April 1869 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Staats Spoorwegen
(SS) dan membangun lintasan Batavia-Bogor. Tanggal 18 Februari 1870, NISM
membangun jalur umum Semarang-Solo--Yogyakarta.Tanggal 16 Mei April 1878,
perusahaan negara ini membuka jalur Surabaya-Pasuruan-Malang, dan 20 Juli
1879 membuka jalur Bangil-Malang.
Tahun 1871 Bose, salah seorang penentang pembangunan jalan kereta swasta,
menyusun RUU pemasangan jalan rel kereta api negara. Tapi RUU itu tak pernah
muncul ke permukaan, karena Menteri Transportasi Belanda Fransen van der
Putte menariknya. RUU pemasangan rel lintas Surabaya--Pasuruan dengan
simpangan di Bangil dan Malang diusulkan Menteri Urusan Daerah Jajahan Mr.
pBaron van Golstein. Tanggal 6 April 1875, pemerintah Hindia Belanda
menyatakan tanggal tersebut sebagai awal kehadiran kereta api pemerintah di
tanah jajahan yang diurus oleh suatu jawatan dipimpin oleh seorang Inspektur
Jenderal.
Tanggal 1 Maret 1885 Jawatan ini dihapus dan digabung dengan Departemen van
BOW atau Pekerjaan Umum. Dan 1 Juli 1909, Jawatan Kereta Api dan Tram Negara
digabung dengan Departemen Perusahaan Negara (Gouvernement Bedrijven) yang
dipimpin seorang Kepala Inspektur.


Halte Si Loengkang di jalur Solok-Silungkang, ketika baru selesai dibangun.
Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan. 12 Nopember 1876, Staats Spoorwegen juga membangun jalur Ulele-Kutaraja
(Aceh). Selanjutnya lintasan Palu Aer-Padang (Sumatera Barat) pada Juli
1891, lintasan Telukbetung-Prabumulih (Sumatera Selatan) tahun 1912, dan 1
Juli 1923 membangun jalur Makasar-Takalar (Sulawesi). .
Di Sumatera Utara, NV.

Deli Spoorweg Mij juga membangun lintasan Labuan-Medan pada 25 Juli 1886
Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
Pembangunan terus berjalan hingga ke
kota-kota besar seluruh Jawa terhubung oleh jalur kereta api.Di luar Jawa,

Pada masa pemerintahan Hindi Belanda, selain Staats Spoorwegen milik
pemerintah, sudah ada 11 perusahaan kereta api swasta di Jawa dan satu
perusahaan swasta di Sumatera.Dalam perkembangan setelah jalan kereta swasta berkembang luas, ditetapkan
bahwa pembangunan jalan kereta adalah tanggung jawab pemerintah, yang
dikoordinir oleh Gubernur Jenderal setelah mendapat konsesi dari Ratu
Wilhelmina.


Perusahaan-perusahaan kereta api swasta pada masa penajajahan adalah:

  1. NV. Nederlandsch Indische Spoorweg Mij.
  2. NV. Semarang Cheribon Spoorweg Mij.
  3. NV. Joana Stoomtram Mij..
  4. NV. Serajoe Dal Stoomtram Mij.
  5. NV. Oost Java Stoomtram Mij.
  6. NV. Kediri Stoomtram Mij.
  7. NV. Modjokerto Stoomtram Mij.
  8. NV. Malang Stoomtram Mij.
  9. NV. Paasuruan Stoomtram Mij.
  10. NV. Probolonggo Stoomtram Mij.
  11. NV. Madoera Stoomtram Mij.
  12. NV. Deli Spoorweg Mij.
Tanggan 1 Nopember 1917, kembali terjadi strukturisasi, sehingga dalam
Jawatan Kereta Api terdapat beberapa bagian yang masing-masing bagian
dipimpin Kepala Bagian. Kepala Jawatan Kereta Api dan Tram dipimpin Direktur
Perusahaan Negara yang memegang pimpinan dalam pemasangan, persediaan dan
lingkungan eploitasi jalan kereta dan tram. Sementara pengawasan umum
terhadap kereta dan tram ditangani oleh Jawatan tersendiri. Sejak itu
Jawatan yang menangani pengawasan umum telah melakukan pengawasan terhadap
perusahaan kereta api milik pemerintah dan swasta. Pimpinan Jawatan yang
mengawasi keseluruhan ini disebut Kepala Dinas Pengawasan Kereta Api dan
Tram yang bernaung di bawah Departemen Perusahaan Negara.

Tanggal 15 Maret 1924, ketika Kepala Inspektur Dinas Pengawsan Kereta Api
dan Tram dipimpin oleh Ir Staargaard, dengan seijin Pemerintah Belanda
melakukan pembagian wilayah pengawasan menjadi tiga: Eksploitasi Barat,
Tengah, dan Timur. tapi pada awal pelaksanaannya Kepala Eksploitasi hanya
sekedar pelaksana saja, yang tunduk kepada Kepala Inspektur di Bandung.

Tanggal 1 April 1934, kembali dilakukan reorganisasi dan restrukturisasi
lagi yang diarahkan untuk menekan anggran operasi. Dengan begitu Kepala
Eksploitasi memiliki kewenangan manajemen secara penuh.


Kereta listrik pertama beroperasi 1925, menghubungkan Weltevreden dengan Tandjoengpriok
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro-Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.

Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 Km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia" (DKARI).


jaringan kereta api di pulau sumatera





Peta Jaringan Kereta Api di Pulau Jawa
Nama DKARI kemudian diubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Nama itu diubah lagi menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) pada tanggal 15 September 1971. Pada tanggal 2 Januari 1991, nama PJKA secara resmi diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) dan semenjak tanggal 1 Juni 1999 diubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) sampai sekarang.








 Sumber:
PERUMKA,PTKA LOGO
PT.KAI NEW LOGO
DKA,PNKA,PJKA LOGO
PT.KA LOGO
NEW LIVERY
saya menemukannya di Museum Minyak di TMII




Sarana perkeretaapian 2010 (www.kereta-api.co.id )

Sarana Kereta Api merupakan alat produkasi untuk menghasilkan jasa angkutan kereta api yang terdiri dari lokomotif, Kereta Rel Listrik (KRL), Kereta Rel Disesel (KRD), kereta penumpang dan gerbong barang. Kondisi sarana kereta api yang dioperasikan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) selama tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Aset Sarana KA Tahun 2010
Uraian Realisasi tahun 2010 Tahun 2011 Rasio (%)
Program Realisasi 4 : 2  4 : 3
1 2 3 4 5 6
Siap Operasi (SO)
Lokomotif 316 331 343 108,54 103,63
KRD 107 100 100 93,46 100,00
KRL 320 372 432 135,00 116,13
Kereta 1.338 1.346 1.363 101,87 101,26
Gerbong 3.406 3.493 3.794 111,39 108,62

1 komentar:

Kereta Api Lokomotif mengatakan...

Sayang rel kereta yang di Sumatera ga nyambung. padahal sedikit lagi pada nyanmbung.
Thanks om cerita kereta apinya. lengkap banget.